Sabtu, 19 Desember 2015

Nasionalisme Indonesia

Nih, admin berikan contoh materi nasionalisme indonesia

A.      PENGERTIAN NASIONALISME
     Secara etimologis, kata nasionalisme berasal dari kata nationalism dan nation dalam bahasa Inggris, yang dalam studi semantik kata nation tersebut berasal dari kata Latin natio yang berakar pada kata nascor yang bermakna ’saya lahir’, atau dari kata natus sum, yang berarti ‘saya dilahirkan’.
     Dalam perkembangannya kata nation merujuk pada bangsa atau kelompok manusia yang menjadi penduduk resmi suatu negara.
B.       Faktor ekstern dan intern lahirnya nasionalisme Indonesia.
è  Faktor ekstern:
  Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 yang menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-bangsa Barat.
  Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia seperti liberalisme, demokrasi, nasionalisme dan sosialisme yang mempercepat timbulnya nasionalime Indonesia.
  Kebangkitan nasional di Asia dan Afrika, misalnya adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhisme di India dan adanya Gerakan Turki Muda di Turki.
è  Faktor Intern:
  Adanya penjajahan yang mengakibatkan penderitaan rakyat.
  Adanya kenangan akan kejayaan masa lalu.
  Munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin pergerakan nasional.
C.      Fase Pertumbuhan Nasionalisme di Indonesia
       Pertama gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia dalam dinamika sejarah diawali oleh Boedi Oetomo di tahun 1908, dengan dimotori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia, sekolahan anak para priyayi Jawa, di sekolah yang disediakan Belanda di Jakarta.
       Kedua kebangkitan nasionalisme tahun 1928, yakni 20 tahun pasca kebangkitan nasional, di mana kesadaran untuk menyatukan negara, bangsa dan bahasa ke dalam satu negara, bangsa dan bahasa Indonesia, telah disadari oleh para pemuda yang sudah mulai terkotak-kotak dengan organisasi kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera dan lain sebagainya, kemudian diwujudkan secara nyata dengan menyelenggarakan Sumpah Pemoeda di tahun 1928.
       Ketiga masa revolusi fisik kemerdekaan. Peranan nyata para pemuda pada masa revolusi fisik kemerdekaan, nampak ketika mereka menyandra Soekarno-Hatta ke Rengas-Dengklok agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Mereka sangat bersemangat untuk mewujudkan nation state yang berdaulat dalam kerangka kemerdekaan.
       Keempat,  perkembangan nasionalisme tahun 1966 yang menandai tatanan baru dalam kepemerintahan Indonesia. Selama 20 tahun pasca kemerdekaan, terjadi huru-hara pemberontakan Gestapu dan eksesnya. Tampaknya tanpa peran besar mahasiswa dan organisasi pemuda serta organisasi sosial kemasyarakatan di tahun 1966, Soeharto dan para tentara sulit bisa memperoleh kekuasaan dari penguasa orde-lama Soekarno.Tetapi sayang, penguasa Orde Baru mencampakan para pemuda dan mahasiswa yang telah menjadi motor utama pendorong terbentuknya NKRI tersebut dideskriditkan, dan bahkan sejak akhir tahun 1970-an para mahasiswa dibatasi geraknya dalam berpolitik dan dikungkung ke dalam ruang-ruang kuliah di kampus.
       Kelima, perkembangan nasionalisme masa reformasi. Nasionalisme tidak selesai sebatas masa pemerintahan soeharto, melainkan terus bergulir ketika reformasi menjadi sumber inspirasi perjuangan bangsa meskipun melalui perjalanan sejarah yang cukup panjang.
D.      LIMA PRINSIP NASIONALISME, YAKNI:
1.    kesatuan (unity), dalam wilayah teritorial, bangsa, bahasa, ideologi, dan doktrin kenegaraan, sistem politik atau pemerintahan, sistem perekonomian, sistem pertahanan keamanan, dan policy kebudayan;
2.    kebebasan (liberty, freedom, independence), dalam beragama, berbicara dan berpendapat lisan dan tertulis, berkelompok dan berorganisasi;
3.    kesamaan (equality), dalam kedudukan hukum, hak dan kewajiban;
4.     kepribadian (personality) dan identitas (identity), yaitu memiliki harga diri (self estreem), rasa bangga (pride) dan rasa sayang (depotion) terhadap kepribadian dan identitas bangsanya yang tumbuh dari dan sesuai dengan sejarah dan kebudayaannya;
5.    prestasi (achievement), yaitu cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan (welfare) serta kebesaran dan kemanusiaan (the greatnees adn the glorification) dari bangsanya

E.       Studi Kasus
1.    Etnosentrisme dalam Pilkada Langsung
·      Di Kabupaten Timor Tengah Utara, salah satu kabupaten dalam Propinsi Nusa Tenggara Timur, misalnya, pemilihan kepala daerah diwarnai oleh persaingan antar suku. Kepala daerah yang dipilih masyarakat bukanlah berdasarkan kompetensi calonnya melainkan karena suku atau asalnya. Dan Kepala Daerah akan menjadi milik sukunya saja dan anggota suku lain tidak merasa memilikinya.
·      Media Indonesia melaporkan bahwa sejumlah tokoh masyarakat Lampung berharap bahwa putera daerah diberi kesempatan menduduki jabatan gubernur propinsi itu. Bahkan mereka sepakat menolak hasil pemilihan Gubernur akhir 2002 jika yang terpilih bukan putera asli Lampung.
2.    Etnosentrisme dalam Perekrutan PNS atau Birokrasi
·      Di daerah Timor Tengah Utara, gejala etnosentrisme dalam pengangkatan dan penempatan personil dalam birokrasi sangat nampak. Sekda, kepala-kepala dinas dan jabatan-jabatan penting dalam daerah ditempati oleh orang-orang yang berasal dari daerah atau suku yang sama dengan pemimpin daerah. Hal ini tentu akan membawa konflik yang berkepanjangan dalam daerah dan akan menghambat pembangunan daerah. Kriteria pengangkatan dan penempatan Pegawai Negeri Sipil adalah ikatan etnik kesukuan dan bukan atas dasar kompetensi. Semua ini tentu menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian bangsa ini dalam era desentralisasi dan otonomi daerah.
3.    Pemuda yang Lebih Mengenal Tokoh Internasional daripada Tokoh Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar